“Dunia memerlukan kerja sama internasional untuk memastikan bahwa semua pekerja kesehatan memiliki alat pelindung diri yang memadai, sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan tanpa mempertaruhkan nyawa mereka “(Steven Cockburn/Kepala Bidang Keadilan Ekonomi dan Sosial Amnesty International)
Surat ini saya tulis dengan keprihatinan dan kesedihan. Prihatin karena satu demi satu banyak tenaga medis gugur. Kematian itu seperti cengkraman yang datang tiba-tiba dan tak disangka. Belum lagi rasa sedih mengingat kecilnya perhatian dan dukungan pada anda. Setidaknya saya menyaksikan sendiri bagaimana menjalani profesi sebagai tenaga medis-hari-hari ini- seperti sebuah pertaruhan. Medan yang anda hadapi sekarang ini seperti lahan ranjau. Jika tidak waspada dan hati-hati anda bisa terenggut nyawa. Maka surat ini hanya secuil dukungan pada apa yang sudah anda lakukan untuk saya dan masyarakat pada umumnya.
Surat ini ingin menyuarakan protes pada siapa saja yang meremehkan virus Corona. Anda pasti yang lebih tahu bagaimana ganasnya virus ini, kemampuannya dalam menerkam nyawa bahkan kecerdikannya dalam menempel pada tubuh manusia. Jujur anda memang berada di sebuah ekosistem yang tidak terlalu menghargai kemanusiaan dan pengetahuan. Mereka yang percaya pada teori konspirasi bahkan yang mendahulukan pertimbangan ekonomi adalah lapisan pendukung yang membuat virus ini bisa meraja lela kemana-mana. Kemampuan serta pengetahuan anda yang tidak dihargai hanya menunjukkan betapa pandir dan bebalnya kita.
Maka surat ini hanya ingin mencoba memaklumi jika anda marah dan kecewa. Itu wajar karena memang anda sudah lelah, sudah kesal dan sudah tidak bisa lagi mau komentar apa. Mengingat di awal mula pendemi malah menteri kesehatan yang meremehkan pertama kalinya. Ia dengan ringan bilang virus ini seperti flu biasa, dapat diatasi dengan doa bahkan bagi yang sehat tak perlu pakai masker segala. Bayangkan seorang menteri kesehatan yang harusnya lebih dulu paham malah mengajak masyarakat untuk meremehkan bahaya. Sehingga ketika virus itu memakan nyawa ribuan orang, baru pendapat anda sebagai tenaga medis diperhitungkan begitu rupa. Itupun tak seberapa lama.
Surat ini sekedar ingin mengingatkan kalau sedari awal dukungan itu tidak sekuat seperti yang diharapkan. Anda lalu bekerja dengan luar biasa meski sarana yang anda gunakan memang seadanya. Jumlah anda tidak banyak, rumah sakit yang menampung juga tidak menyediakan fasilitas yang memadai dan anda tidak pula memimpin perlawanan ini. Ironis ketika dibentuk tim penanganan selalu saja ketuanya jika tidak serdadu pasti seorang pengusaha. Rasa-rasanya kedudukan anda hanya sebagai pelengkap atau kalau pasukan itu hanya berperan sebagai prajurit. Golok anda memang tajam tapi anda tidak menjadi pemimpin dalam pertarungan yang anda tahu siapa musuhnya.
Hingga tiba-tiba tingkat kematian dokter lebih dari 100. Berita itu mengejutkan tapi lebih banyak berita tentang ancaman resesi yang jadi perhatian. Berita itu menusuk tapi masih kalah dengan berita mengenai Pilkada atau perubahan RUU MK. Kematian dokter dan tenaga medis sudah seperti kematian orang pada umumnya. Kata kematian itu sendiri seperti sebuah kelaziman sehingga angka berapapun itu dianggap wajar dan biasa. Sulit untuk meraba bagaimana perasaan anda kala menyaksikan dan mendengar itu semua. Diremehkan, direndahkan atau memang anda tahu memang inilah resikonya. Bekerja di tengah situasi yang tidak menguntungkan.
Surat ini hanya selembar dukungan sederhana. Pada apa yang sudah anda korbankan selama ini. Terhadap apa yang sudah anda perbuat untuk rakyat. Mereka tidak banyak tahu betapa sulitnya menjadi seorang dokter. Pemerintah baiknya tahu betapa jumlah anda tidak seberapa dibanding kebutuhan rakyat pada layanan yang anda bisa lakukan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2017 menyatakan rasio perbandingan dokter dengan populasi Indonesia berada di angka 4: 10.000. Artinya tiap sepuluh ribu populasi di Indonesia hanya ada empat dokter yang tersedia. Platform pemantau Covid 19, Pandemictalks, merilis Indeks Pengaruh Kematian Nakes untuk menggambarkan betapa luar biasa dampaknya kematian seorang tenaga kesehatan. Hasilnya: Indonesia berada di angka 330,9 yang artinya kematian satu dokter akan berpengaruh terhadap 330.900 penduduk! Nyawa anda punya nilai yang berbeda.
Surat ini ingin bilang betapa berharganya arti nyawa seorang dokter. Idealnya Presiden mengerti situasi ini. Minimal Menteri Kesehatan memahami keadaan ini. Atau lebih langsung lagi kepala daerah tahu kondisi ini. Sehingga bisa lahir keputusan politik yang berani: melindungi sepenuhnya tenaga medis dan menyediakan sarana yang memadai untuk membantu pekerjaanya. Bahkan secara berani mendahulukan urusan kesehatan diatas urusan apa saja. Kita butuh bukan hanya kepedulian tapi pengetahuan yang memadai tentang arti kehadiran seorang tenaga medis. Sungguh yang anda lakukan hari-hari ini membuat kami kuatir bahwa semua ada batasnya.
Ketika tenaga medis mulai kelelahan, masyarakat tidak peduli lalu pemerintah masih percaya dengan resep mendahulukan ekonomi. Mereka lupa hari ini semua berjalan bukan karena pelonggaran dan tidak karena bantuan yang dianggarkan besar. Hidup hari ini masih berlangsung tidak karena keberadaan aturan apalagi aparat keamanan. Semua itu berlangsung karena ada tenaga medis yang masih bersedia mengurusi mereka yang terkena pendemi. Semua itu sepertinya berjalan wajar karena kesediaan tenaga kesehatan untuk bekerja normal. Sepatutnya semua mengerti kalau kelangsungan hidup kita sementara ini tergantung pada doa, keberadaan tenaga medis dan berjalannya rumah sakit. Jika dua yang terakhir itu tidak bekerja rasanya kita akan binasa.
Surat ini saya akhiri dengan ucapan terimakasih, terimakasih dan sekali lagi terimakasih. Pada semua tenaga medis yang bertahan di tengah keadaan dan perhatian yang minim. Pada semua dokter, perawat maupun relawan yang masih bekerja melayani mereka yang kini terpapar Covid-19. Kami yakin perbuatan anda itu mulia, berharga dan menciptakan sejarah luar biasa untuk negeri ini. Kini apapun protes yang anda nyatakan kami mendukung sepenuhnya. Jika perubahan sosial ingin digerakkan maka tuas pertama yang mampu melakukannya adalah anda- para tenaga medis. Sejarah mencatat ada banyak dokter yang dulu pernah jadi penggerak perubahan dan waktunya kini anda semua tidak lagi diperlakukan sesukanya, tidak boleh dijadikan boneka semata dan tugasnya memang tidak hanya mengobati saja.
Saatnya anda untuk memimpin karena yang terjadi hari ini lebih disebabkan oleh faktor yang kita semua tahu. Diabaikannya anjuran para tenaga medis, minimnya dukungan pada tenaga medis dan lebih gawat lagi, fakta bahwa tenaga medis bukanlah aktor utama yang memimpin perlawanan ini. Surat ini bukan sebuah upaya dukung mendukung tapi ingin menebalkan lagi keyakinan kita pada pentingnya peran tenaga kesehatan. Bukan karena sekolahnya yang mahal, tidak karena jumlahnya yang sedikit tetapi yang lebih paham mengenai virus corona itu adalah anda. Andalah yang memiliki pengetahuan cukup tentang musuh yang kita hadapi dan anda yang punya pengalaman panjang dalam bertarung melawannya. Kali ini semoga anda mendapat kepercayaan yang lebih. Dari pemerintah khususnya dan masyarakat umumnya.
Doa kami selalu untuk keselamatan, kesehatan dan keberanian anda semua. Saya percaya Allah melindungi anda semua para tenaga kesehatan. Baik yang kini sedang berjuang maupun yang telah dipanggilNya. Amin.
Terima Kasih
(EP)
Pingback: University of Bilad Alrafidain
Pingback: รับทำ Backlink
Pingback: หวยไทย กับ หวยต่างประเทศ แตกต่างกันยังไง ?