Film ini akan diputar di dua tempat; UGM dan UAD Jogja. Selain nobar, akan ada diskusi juga bersama dengan pegiat lingkungan dan para aktivis gerakan. Informasi tentang kegiatannya bisa disimak melalui poster yang ada.
***
Salah satu diskursus yang ramai dibicarakan hari ini adalah tentang krisis ekologi. Penyebabnya terbilang sangat beragam. Termasuk salah satunya adalah pembukaan lahan sawit secara besar-besaran.
Indonesia, tercatat sebagai penghasil minyak sawit (CPO) terbesar dunia. Bersama dengan negara tetangga, Malaysia, bahkan kita menguasai produksi dunia. Dan inilah yang secara tidak sadar, kita turut menghantarkan negeri ini ke tepian kemusnahan. Bayangkan kalau lingkungan yang kita tempati ini pelan tapi pasti sedang digiring pada kerusakan yang mengerikan. Hari ini memang masih menguntungkan. Akan tetapi ancaman kedepannya akan sangat merugikan karena tidak ada lagi tanah yang bisa dipakai sebagai lahan produksi.
Pembukaan perkebunan sawit yang besar-besaran serta permintaan dunia yang tinggi terhadap bio energi untuk kehidupan, disambut bangsa ini dengan rela merusak alamnya. Mereka hanya memikirkan hasil produksi hari ini saja tanpa memikirkan kerugian bagi anak cucu dan generasi masa depan.
Sumatera, Kalimantan dan banyak wilayah lainnya kini mulai mengikuti cara serupa. Iming-iming mendapat keuntungan yang cepat menjadi alasan bagi para pengambil kebijakan untuk selalu lunak dengan pemilik modal dan korporasi yang masuk. Dan tak jarang negara denganinstrumennya seperti aparat keamanan justru betindak refresif pada kelompok masyarakat yang peduli dengan lingkungan.
Makanya tidak heran kalau kedepannya, Sumatera akan menjadi pulau yang tak bisa dihuni. Begitupun Kalimantan. Karena pembukaan perkebunan sawit secara besar-besaran telah mengambil alih masa depan tersebut. Bisa bayangkan, umat manusia akan hidup dengan apa lagi ketika sudah tidak ada lagi tambang sebagai sandaran hidup masyarakat dan sumber air pun turut pula habis.
Melihat gentingnya kehidupan dan adanya ancaman serius di masa depan, penting kiranya bagi kita untuk berpikir ulang. Kita mulai harus memikirkan kembali cara menjaga alam yang sudah memberikan kehidupan bagi kita seperti dahulu. Mengembalikan alam seperti sediakala tanpa memaksanya untuk memuntahkan segala nikmat dan barokahnya, adalah tanggungjawab yang akan kita emban bersama. Karena kalau tidak mau menjaganya, tidak mau bertanggungjawab padanya, dan tidak mau mengelolahnya dengan baik untuk keseluruhan umat, maka bukan tidak mungkin alam akan murka dengan kita.
Maka itu menonton film dokumenter ASIMETRIS yang diproduksi oleh Watchdoc ini bisa menjadi salah satu cara kita untuk melihat kembali krisis yang ada, serta merangsang kita untuk lebih punya tanggungjawab sosial pada kemanusiaan. Watchdoc sendiri adalah rumah produksi audio visual yang dirintis sejak 2009 dan telah menghasilkan karya-karya komersial maupun non-komersial untuk berbagai stasiun televisi dan media di dalam dan luar negeri. Dan film Asimetris ini adalah salah satu kerja penting yang mereka lakukan untuk menceritakan ‘fakta’ tentang industri perkebunan kelapa sawit yang kini luasannya sudah mencapai 11 juta hektar atau hampir sama dengan luas pulau Jawa. Selain Kalimantan, kisah yang diangkat juga meliputi Sumatera hingga Papua tengah menghadapi masuknya perkebunan komoditas dunia itu.
ASIMETRIS tak hanya melihat lebih dekat bagaimana dampak industri perkebunan penghasil devisa terbesar itu bagi masyarakat dan lingkungan, juga menyuguhkan bagaimana pengaruh industri ini dalam pemerintahan, aparat keamanan, hingga kalangan media. Bahkan terhadap diri kita dari kamar mandi, dapur, sampai kendaraan.
Film ini juga melihat bagaimana dukungan lembaga-lembaga keuangan global dan siapa saja yang sesungguhnya paling diuntungkan, selain 16 juta rakyat Indonesia yang memang ikut menggantungkan hidupnya pada industri ini.
Karena skala masalah yang dibahas cukup luas dan menghindari hitam putih, tim Ekspedisi Indonesia Biru dibantu 11 videografer dari berbagai daerah untuk mengumpulkan keping-keping cerita di lapangan yang terjadi antara 2015-2018 agar tetap aktual.
***
Krisis ekologi ini adalah ancaman yang serius bagi umat manusia. Kita tidak akan toleran pada mereka yang mengancam kehidupan kita semua. Kalau krisis ini tidak bisa dikendalikan, maka seharusnya dihentikan dari sekarang. Bangsa ini milik seluruh rakyat Indonesia. Dan undang-undang telah menjamin bahwa seluruh kekayaan alam adalah untuk kesejahteraan rakyatnya. Bukan untuk segelintir pengusaha, korporat atau pejabat negara saja.
Mari kita nonton dokumenter fakta ini. Dan kemudian lakukan perlawanan bagi mereka yang mengancam keberlangsungan umat manusia.
“Mendidik rakyat dengan pergerakan, mendidik penguasa dengan perlawanan, tunduk tertindas bangkit melawan, sebab mundur merupakan penghianatan”.
[Social Movement Institute]