Pagi-pagi di Teras Depan Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** 1/ Ada embun menetes di koran Menyelinap dalam berita Kriminal, ekonomi, pendidikan, dan budaya Telah pudar menjadi bubur Diseruput oleh perut lapar 2/ Air hujan jatuh keluar Dari bola mata jelata Yang seharian tak […]
Zapatista dan Wikileaks Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Dua kutub yang menunutup wajah dan nama Membuka keran samudera biru Meluap dari kesenyapan goa-goa tapa bahasa Kata dan rahasia melambung Seperti burung ababil hinggap di awan-awan Memyirami dunia dengan senyuman api Membakar daratan
Masturbasi Revolusi Dan Sang Jenderal Pemenang Read More »
Oleh Danang Pamungkas *** 23 Mei 1965, PKI merayakan ulang tahunnya yang ke-45 di Stadion Gelora Bung Karno. Partai bertambah besar dengan jaringan organisasi yang luas sampai ke akar rumput. Jalanan di Jakarta di penuhi oleh warna merah, ratusan ribu
Ayat-ayat Setan 2019 Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Mereka menyirami agama Tumpah menikam manusia Pada dalil yang dituangkan Tuak menetes membasahi kesucian Agama diajak mabuk para penguasa Seruan Qur’an diguyur melubangi hati Membela tuhan dari belati Akal berdiri kafir sedang mengencingi Kehormatan
CERITA DUA SAHABAT Read More »
Oleh: Melki AS – [Pegiat Social Movement Institute] ‘Cemburu adalah sentimen yang dangkal, tapi normal. Kita hanya perlu memahaminya, dan tidak kaget saat itu terbakar’ ‘Aku lebih tahu dari kebanykan orang bahwa penyakit sesungguhnya adalah kematian itu sendiri , bukan
Kartini dan Peninggalan Sekolahnya Yang (Mulai) Terlupakan Read More »
Oleh: Danang Pamungkas *** Sampai hari ini, jejak Raden Ayu (RA) Kartini di Rembang selalu menjadi daya tarik wisata. Terutama pada momen-momen tertentu seperti bulan April dan atau pada tiap peringatan hari pahlawan 10 November. Karena Kartini adalah salah satu
Sajak di Penghujung Tahun Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Aku melihat kembang api meletus di angkasa kilatan apinya menghanguskan cerita Kepakan sayap mereka derita yang terbang tanpa arah meliuk-liuk tanpa rambu hijau atau merah Hanya bunyi nasib ringkih sebagai penanda apakah ini pesta
Si Tentara Mabuk Memberangus Buku Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Sudah berpeluh keringat bercucur di medan dagelan Menenggak pekak sampai mabuk Moncong senapan diarahkan ke kepala sendiri Membunuh literasi adalah sebuah prestasi Sudah sekeras batu latihan perang Semua ongkos dari kantong murung Ketika satria
Kalender Hujan yang Kusut Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Sudah setumpuk hujan diciprati puisi dari sepanjang tinta kering di musim semi di sela bibir kertas centil menari-nari akhirnya tiba bandang di bola mata Selangkah lagi Januari tinggal satu depa tahun baru tapi dada
Aku Menulis Puisi Disunyi Agitasi Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** 1. Sebelum angin utara berbunyi derik kulihat dari sepanjang kalender berduri aku menjerit dengan puisi yang terhunus satu demi satu kepala mimpi ditebas getir 2. Pelancong politik bersimbah darah teman sendiri kekuasaan memuntahkan kenangan
Belajar dengan Voltaire Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Pelajaran pertama ialah menjadi lugu Sebab menjadi tau adalah tanpa buru Karena guru terkadang ambigu yang melangkah dengan deru Kemudian menjelma ladang seteru di kala kepastian ilmu menjadi benalu Pelajaran kedua adalah bertualang
Fudhail ibn Iyadh dan Leo Tolstoy Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Berkata Tolstoy; Engkau lah rabuk di dalam hitam tanah Dulu sebagai kotoran kini membalur cinta Kemarin sebagai penyamun yang berkiprah Hari ini telah didaulat sebagai kekasih Fudhail pun membalas; Engkau lah sang tuan tanah
Tanpa Hampa, Menilik Sufi yang Ditulis Attar Read More »
Nalar Naluri (Pegiat Social Movement Institute) *** Musisi tanpa album Adalah suara yang sublim Aktor tanpa drama Adalah panggung lakon berkisah Cinta terlalu memuja Adalah kerja tanpa upah Penulis tanpa kertas Adalah tinta yang meretas Politik tanpa adu Adalah argumen yang
